Minggu, 31 Maret 2013

Foto Hot | Editan Dewa Spesial Foto Bunga Citra Lestari

Foto Hot | Editan Dewa Spesial Foto Bunga Citra Lestari - Spesial Update Foto Imut Cantik Tantemalam.com kali ini akan berbagi informasi unik seputar Berita Harian Dewasa Terbaru Posting Pilihan Cerita Dewasa~vidio 3gp~ Berita Heboh~ Unik Asik Semoga Postingan Kali ini lebih menghibur Pecinta Tantemalam.com Foto Hot ~ABG` Artis model Cantik IMut.

nihh aslinya gan ...


Ini gan hasil Akhirnya ,,... menggo iman juga yahh .. hehehhheeee





Pasang Iklan


sms ke 085739120085

CHAT YAHOO MESSENGER JIKA BERMINAT PASANG IKLAN


Ukuran, Tempat dan Banner Floating/Melayang Bisa dipesanHARGA NEGO!!!
murah!!!! harga bisa di nego
hubungi saya via yahoo messenger atau SMS lansung ..

Situs kami dikunjungi oleh lebih dari 2000 orang setiap hari dengan jumlah hit page lebih dari 5000 view per hari.


Pengunjung yang memenuhi traffic website harian kami didapat dari berbagai sumber populer di Indonesia maupun mancanegara.


dan masih banyak sumber lainnya.

Selasa, 26 Maret 2013

Cerita Ngentot Terbaru 2013 | Cerita Ngentot Istri Teman Kuliahku

Cerita Ngentot Terbaru 2013 | Cerita Ngentot Istri Teman Kuliahku - Spesial Update Foto Imut Cantik Tantemalam.com kali ini akan berbagi informasi unik seputar Berita Harian Dewasa Terbaru Posting Pilihan Cerita Dewasa~vidio 3gp~ Berita Heboh~ Unik Asik Semoga Postingan Kali ini lebih menghibur Pecinta Tantemalam.com Foto Hot ~ABG` Artis model Cantik IMut.

Cerita Ngentot Terbaru 2013 | Cerita Ngentot Istri Teman Kuliahku - Sebut saja namanya “Sidar” (nama samaran). Dia adalah seorang wanita bersuku campuran. Bapaknya berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Makassar. Bapaknya adalah seorang polisi berpangkat Serma, sedang ibunya adalah pengusaha kayu. Baca Juga Kumpulan Cerita Sex Terbaru
Cerita Dewasa Terbaru 2013 Aku Malu Melakukan Itu



Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kostku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku.


“Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau dua hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.

“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalau kamu tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.

“Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun. Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.

“Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.

“Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.

“Dar, Dar, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.

“Sidar”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.

“Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.

Nampaknya Sidar ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang. Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Sidar lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam. Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Sidar di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Sidar di atas meja yang ada di depan kami.

“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Sidar menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu. Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Sidar ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana

“Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.

“Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.

Sidar hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.

“Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara. Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar. Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?” kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.

“Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.

“Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku. Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.

Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.

“Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini. Kami khan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian. Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku. Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.

“Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja dan..” Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata..

“Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan bermaksud baik padamu Nis” katanya.

“Tetapi,” Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Sidar juga ikut bicara..

“Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani. Apalagi Kak Anis ini memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi. Bahkan kami sangat senan jika Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini” ucapan Sidar memberi dorongan kuat padaku.

“Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk membantu kalian” kataku dengan pasrah.

Tiba-tiba Nasir dan Sidar bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.

“Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan apapun di rumah ini. Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami di rumah ini. Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah” katanya dengan sangat bergembira dan senang mendengar persetujuanku.

Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku diurus oleh Sidar, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan. Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri dan anak-anakku di Bone lewat mobil.

Kami bertiga sudah cukup akrab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau, bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan karyawannya. Kebebasan pergaulanku dengan Sidar memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari langgarannya.

Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Sidar nampak gembira sekali seolah tidak ada kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.

Malam itu kami (aku dan Sidar) menonton bersama di ruang tamu hingga larut malam, karena kami sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing. Sikap dan tingkah laku Sidar sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu, Sidar membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama sambil nonton. Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada ganjalan aneh di benakku.

“Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?” tanya Sidar tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.
“Tidak kok Dar. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku” kataku sedikit menyanjungnya. Sidar lalu mencubitku dan..
“Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan” katanya.
“Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?”
“Terserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik” katanya santai.
“Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja” kataku lagi.

Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Sidar tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.

“Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?” tanya Sidar dengan sedikit rendah suaranya seolah tak mau didengar orang lain.
“Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya” jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit aneh itu.
“Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi.
“Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan” jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.
“Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka” tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau Sidar akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami istri untuk membangkitkan gairahnya.

Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.

“Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.

“Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini. Ayo kita masuk tidur” katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.

Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu menghantukiku. Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.

Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang tamu, tapi penampilan Sidar kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu. Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat, maka

“Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Sidar tiba-tiba mengagetkanku.
“O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak memutar film porn.
“Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Sidar sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di layar TV tersebut.

Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungat. Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.

Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku. Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya, bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.

“Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?” pancing Sidar, tapi aku tak menjawabnya, malah aku melenguh panjang.
“Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?” giliran aku bertanya, tapi Sidar hanya menatapku tajam lalu mengangguk.
“Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Sidar keluar dari mulutnya.
“Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?” tanya Sidar ketika salah seorang wanitanya sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan kuat.
“Tidak, belum pernah” jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang.
“Maukah kamu mencobanya nanti?” tanya Sidar dengan suara rendah.
“Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara” kataku.
“Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya” kata Sidar.
“Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha” kataku.
“Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?” Tanya Sidar sambil sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.
“Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?” tanyaku memancing.
“Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau khan?” Tanya Sidar lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.

Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu. Aku tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya, karena telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.

“Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira.
“Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Sidar melompat lalu mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku bertubi-tubi.

Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Sidar sudah ingin segera membuktikan dengan melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.

Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Sidar memintaku untuk segera melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja kuminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.

“Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya” rayu Sidar sambil melepas rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.
“Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,” pintanya.

Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Sidar menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.

Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya, aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia memang sengaja siap-siap akan bersetubuh denganku malam itu. Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.

Tampak menonjol sebuah benda mungil seperti biji kacang di tengah-tengahnya. Rasanya cukup menantang dan mempertinggi birahiku, tapi aku tetap berusaha mengendalikannya agar aku bisa lebih lama bermain-main dengannya. Ia sekarang sudah bugil 100%, sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang langsing, putih mulus dan indah sekali dipandang.

“Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Sidar tak pernah berhenti untuk segera menikmati puncaknya.
“Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih lama biar kita lebih banyak menikmatinya”kataku

Secara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.

“Nikmat khan kalau begini?” tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Sidar setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku.

Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.

“Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.
“Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya” katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.
“Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepaskan seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil.

Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami.

“Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Sidar tergesa-gesa sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.

Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Sidar sudah bukan perawan lagi.

“Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Sidar ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.

Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah mulai masuk setengahnya. Sidarpun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli, malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya. Setelah seluruh batang penisku terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Sidar yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.

Sidar kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.

“Tahan sebentar” kataku sambil mengangkat kepala Sidar tanpa mencabut penisku dari lubang vagina Sidar sehingga kami dalam posisi duduk.

Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang sambil menarik kepada Sidar mengikutiku, sehingga Sidar berada di atasku. Kusarankan agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat. Ia pun cukup mengerti keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu ia melakukannya dengan posisi seperti itu. Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.

“Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?” kataku sambil mengangkat tubuh Sidar dan melapas rangkulannya.
“Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.
“Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamanku”
“Yah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja” katanya singkat.

Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang indah seiring dengan gerakanku. Sidar pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Sidar tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.

Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Sidar berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Sidar gemetar.

Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Sidar, tapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tapi Sidar malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Sidar. Sidar nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.

Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai. Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.

“Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam” kata Sidar ketika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.
“Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku” tanyaku.
“Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja. Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan padaku seperti yang kami berikan. Andai saja kamu suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam” paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.
“Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak. Kitapun berjodoh bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus menikmatinya” kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.
“Maukah kamu terus menerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di rumah” tanyanya menuntut janjiku.
“Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum kutunjukkan” kataku berjanji akan mengulanginya
“Gimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir.
“Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan istriku. Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab ia sudah terbiasa di kampung bersama keluarganya tapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu” kataku.
“Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, karena memang telah kurencanakan” kara Sidar terus terang.

Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama. Sejak saat itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Sidar tak ada di rumah, baik siang hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Sidar masih tertidur di kamarnya, sebab Sidar sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang “haus”.

Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.

Selasa, 19 Maret 2013

Amanda Gadis Montok Teman Kuliah


Amanda Gadis Montok Teman Kuliah - Spesial Update Foto Imut Cantik Manismanja.info kali ini akan berbagi informasi unik seputar Berita Harian Dewasa Terbaru Posting Pilihan Cerita Dewasa~vidio 3gp~ Berita Heboh~ Unik Asik Semoga Postingan Kali ini lebih menghibur Pecinta Manismanja.info Foto Hot ~ABG` Artis model Cantik IMut.



Amanda Cewek Montok Teman Kuliah - “Kenapa lagi sih kamu ? “ tanyaku dengan nada sinis kepada Amanda.
“Maaf kak….. aku jarang latihan..”
“Udah berkali2 kamu ga bisa ngikutin.. nadanya melenceng semua… jangan dikira bisa tanpa latihan kamu bisa main saksofon dengan bagus” lanjutku.

Amanda hanya terdiam. matanya memandang ke lantai, seakan2 menghitung jumlah lantai keramik, atau sekedar mengira2 luas karpet yang melapisinya. Aku sebal. Sebagai seorang guru musik, hal yang paling menyebalkan adalah ketika muridmu tidak berlatih sama sekali. Ditambah lagi, ketika aku sedang pusing mengerjakan tesis s2ku, dimana mengajar saksofon adalah satu2nya hiburanku, murid yang satu ini membuat hatiku kesal.

Amanda, 19 tahun, seorang mahasiswi yang kebetulan satu universitas dengan tempatku mengambil kuliah s2, menurutku sangat berbakat bermain saksofon. Tapi dia jaranf sekali latihan. Terdengar dari nadanya yang melenceng, dan tiupannya yang tidak statis, pertanda dia jarang menyentuh alat musik itu.

Sebagai mahasiswa S2 yang membiayai kuliahnya sendiri, bermain musik dan mengajar musik adalah tulang punggung utama yang membiayai kuliahku. Ayahku tidak bisa membiayai lagi kuliahku karena beliau sudah lama meninggal. Uang yang ibuku berikan setiap bulannya hanya cukup untuk membayar kos saja. Uang untuk kuliah, juga disokong oleh beasiswa. Tetapi beasiswanya tidak penuh. Itulah mengapa aku menggunakan bakatku dalam bermain alat tiup saksofon untuk mencari uang, mengajar maupun bermain di acara2 musik.

Dari yang kulihat lewat situs pertemanan facebook, Amanda tampak senang sekali bermain dengan teman2nya entah itu nongkrong di kafe, jalan2 ke mall, maupun berkunjung ke Bandung dengan teman2nya. Itu tidak masalah sebenarnya, tetapi jika dia meninggalkan latihan saksofonnya, itu masalah buatku. Ada orang yang bilang kalo muridnya ngaco, berarti gurunya yang ga bener. Itu membuatku menjadi gemas ketika Amanda selalu membuat kesalahan ketika bermain.

“udah ya, hari ini sampai disini saja” aku membereskan saksofonku dan buku musik ku. “tapi kak…” amanda memotong ucapanku
“tapi kenapa… pokoknya minggu depan saya tes lagi yang tadi ya, jangan sampe ga bisa kayak sekarang.” Aku segera bergegas keluar, memakai jaket, mengisi absen guru di meja resepsionis, dan keluar untuk menyalakan mesin motorku. Sudah mau maghrib rupanya.

Amanda menyusulku keluar.
“Kak… maafin aku ya…. Aku emang lagi banyak kegiatan akhir2 ini, jarang latihan….” Ucapnya. “yaudah… minggu depan perbaikin oke” aku memakai helmku.
“saya pulang dulu ya” aku mengendarai motorku menjauhi tempat les itu. Dari spion aku bisa melihat Amanda masuk ke dalam city car nya.
Pertemuanku dengan Amanda bermula ketika aku mengisi acara yang diadakan oleh BEM kampusnya. Dia menjadi panitia, LO band yang beranggotakan diantaranya aku sendiri. Berawal dari ngobrol2 Amanda rupanya bermain saksofon juga dan dia ingin belajar dariku. Karena aku mengajar di salah satu sekolah musik yang mentereng di Jakarta, kusuruh saja dia daftar, dan dia pada akhirnya mendaftar untuk menjadi muridku.

Sebenarnya Amanda menyenangkan, senang melucu dan mudah akrab. Tetapi kekurangannya ya itu, malas berlatih, entah hari2nya dihabiskan oleh apa selain kuliah. Apakah itu main, pacaran, aku tidak terlalu tahu, karena obrolan antara aku dan Amanda hanya berkisar musik, lokal maupun musik global.

Aku kembali ke kosanku, kunyalakan laptop hasil tabungan sendiri itu. Sebenarnya aku bukan dari keluarga yang kurang mampu, hanya saja ayahku orangnya disiplin dan tidak memanjakan anaknya. Waktu aku kuliah s1 di bandung dulu, ketika mampu mencari uang sendiri, aku sudah mulai meringankan beban orang tuaku dengan tidak meminta uang jajan. Ketika sebelum aku lulus s1, ayahku meninggal dan wasiat terakhirnya adalah agar aku terus meneruskan sekolah. Kujalani pesan ayahku, dan nyatanya, walaupun hanya dari mengajar dan bermain musik, aku bisa menabung, membayar uang kuliah, dan menyicil motor, walaupun uang untuk kos masih dibantu oleh ibuku.

Sedangkan Amanda, bisa dilihat hidupnya amat mudah. Orang tua yang kaya, dan memanjakan anaknya, terlihat dari saksofonnya yang terlihat baru dan kinclong, beda dengan saksofon tua ku yang hasil nabung sendiri itu. Naik mobil kemana, jalan2, pacarnya pun aku kenal, walau hanya sebatas tahu sama tahu saja. Anak orang kaya juga. Kehidupan mereka berbeda jauh denganku. Tampaknya apa2 saja yang mereka inginkan mudah didapat.

-----------------------------minggu depan------------------------------------------------

Jam 4 sore. Aku menunggu hujan reda di kosanku. Jam 5 harusnya aku sudah di sekolah musik itu. Tapi karena aku memakai motor, maka aku hanya bisa menunggu. Waktu terus berlalu.

Hujan tidak reda. Maghrib sudah tiba, dan aku sudah menelpon ke sekolah musik itu untuk membatalkan les hari ini. Aku tidur2an di kasurku, malas untuk keluar kemana2 lagi.

Tiba2 handphoneku berbunyi. Aku melihat layar handphoneku. Ternyata nomor Amanda.
“Halo kak….” Amanda mengawali pembicaraan
“Eh kamu, ada apa ? udah tau kan lesnya ga jadi ? “ jawabku
“Aku ada di depan kosan kakak” lanjutnya
“Eh…. Ngapain ? “ aku heran. Amanda memutus telponnya. Aku bergegas keluar dari kamar kosanku, dan kulihat Amanda dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang kosanku. Tanpa pikir panjang aku mengambil payung, lari dan membuka pintu gerbang.

“Lho kamu kenapa ? kok kehujanan ? mobil kamu mana ? “ tanyaku bertubi2. Amanda hanya diam saja. DIa menggigil menahan dingin, sekilas kulihat matanya memerah dan ada bekas tangisan.

Untung saja tidak ada orang yang lihat, jadi Amanda bisa masuk ke kamarku. Karena kamar mandinya ada di dalam kamar, kusuruh Amanda untuk mandi. Tak lupa kuberikan t shirt ku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, juga handuk yang biasa kupakai.

Aku agak khawatir sebenarnya. Karena di kosan ini tidak boleh membawa tamu perempuan ke dalam kamar. Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi kalau orang2 kosan mengira aku dan Amanda melakukan hal2 yang tidak senonoh. Aku hanya diam menatap pintu kamar mandi. Suara air mengalir dari shower bisa kudengar dengan jelas.

Tak berapa lama Amanda keluar, dengan memakai baju yang tadi kusiapkan. Dia sedang berusaha mengeringkan rambutnya dengan menggosok2annya dengan handuk. Bisa kulihat matanya masih merah.

“Kenapa sih kamu ?” aku memberanikan diri bertanya
“Ceritanya panjang kak….” Katanya sembari duduk disampingku, di pinggir ranjang.
“kalo ga mau cerita ga usah dipaksa” aku lalu berdiri dan memakai jaket
“Saya beli makan ya, kamu diem disini dulu, jangan ikut keluar, soalnya di kosan ini ga boleh ada tamu cewek masuk ke dalam kamar” “ dan jangan ribut, nanti dikirain saya nyelundupin kamu ke dalem” kataku mengingatkan

Aku tidak habis pikir. Apa yang ada di pikiran Amanda sehingga dia nekat datang ke kosan guru musiknya. Aku berjalan dengan payung di tengah hujan, menuju tukang nasi goreng untuk memesan 2 porsi, dibawa pulang.

Aku kembali ke kamar kosan. Hujan telah reda. Aku membuka kunci kamar, dan menemukan Amanda sedang menerima telpon dengan air mata yang menetes. Aku segera menutup pintu kamar dan menyiapkan makanan. Amanda hanya diam saja, dan dia serta merta menutup telponnya.

“Eh… makan dulu…” aku menegurnya
Amanda hanya diam. Sejenak kami berdua terdiam beberapa saat.
“Kak… ada tisu ?” Amanda akhirnya membuka mulut. Aku segera mengambilkan tisu dari laci meja belajarku. Amanda mengusap air matanya dan menarik nafas panjang.

“Maaf ya kak aku ngerepotin” Amanda mengambil makanannya dan mulai makan.
“Gapapa kok, santai aja” “Ntar kalo bajunya dah kering saya anter kamu pulang ya” jawabku.
“Ga usah kak…. Aku mau disini aja” pernyataan Amanda membuatku kaget.
“Tapi, saya kan udah bilang, kosan disini ga boleh nerima tamu cewek sebenernya “ Aku sengaja mempertegas kata2ku.
“Aku gak akan ribut kak. Janji” jawabnya

Aku hanya menghela nafas sambil ogah2an menyantap nasi gorengku. Apa sih maunya dia, begitu pikirku.
“Kalo mau minum ambil tuh gelasnya di rak di deket pintu kamar mandi” ucapku setelah Amanda menyelesaikan makanannya. Amanda menurut dan mengambil gelas, dan menuangkan air dari dalam dispenser. Aku tidak menghabiskan makananku, dan menyalakan laptopku. Jujur saja aku bingung bagaimana harus menghadapi Amanda. Aku jarang pacaran, ketika kuliah aku malah tidak sempat pacaran. Sibuk oleh kuliah dan musik. Apalagi sekarang, kuliah, musik, ngajar. Itulah yang menyebabkanku agak canggung hanya berdua di kamar dengan seorang perempuan.

“Kalau mau baca2 majalah itu ada di rak di atas kasur” Aku berkata seperti itu karena Amanda terlihat hanya duduk di tepi ranjang dan memandang lantai dengan tatapan kosong

Tapi Amanda seakan tidak menggubris ucapanku. Dia masih melamun
“Amanda. Kenapa sih ?” Aku makin penasaran.
Amanda tampak kaget mendengar pertanyaanku.
“Hmmm.... Aku heran kak... apa sih yang dimauin sama laki2” dia membuka dialog
“Kenapa gitu ?” aku turun dari kursi dan duduk di karpet. Amanda pun turun dari pinggir ranjang dan duduk di hadapanku.
“Tadi aku rencananya bolos les kak....” jawab Amanda
“Terus ?”
“Aku jalan2 sama pacarku tadi. Pas jam 5, jam harusnya aku les, aku di dalem mobil pacarku, dia lagi nyetir, rencananya mau jalan cari makan terus nonton” Amanda melanjutkan ceritanya.
“Entah kenapa handphone dia ditaruh di dashboard. Aku pinjem, mau main game yang ada di hapenya. Dia ngebolehin, tapi entah kenapa aku tiba2 pingin buka inbox smsnya”
Halah. Pasti cowoknya selingkuh, begitu pikirku dalam hati.

“Aku ngeliat sms2 mesra kak. Gak cuman satu tapi beberapa cewek”
Buset. Pikirku. Jagoan banget tuh cowok.
“Aku kurang apa sama dia coba ? bela2in bolos les, bela2in dia, selalu aku temenin, kok dia begitu sama aku ?” dia mulai menangis lagi. “Jijik liat sms2 itu, sayang2an segala macem orang pacaran aja” Aku mengambilkan Amanda tisu lagi karena airmatanya mengalir deras.

“Terus gimana ?” aku memintanya melanjutkan ceritanya.
“Aku marah kak. Tapi dia cuman diem aja ga ngomong apa2. Akhirnya di lampu merah aku keluar dari mobil”
“Kan ujan” jawabku sedikit tidak antusias. Entah mengapa kasus ini sangat klasik pada orang2 yang pacaran. Tapi tampaknya Amanda sangat terpukul oleh kejadian tersebut.
“Biarin aja kak. Aku jalan, ngejauh dari mobil, aku bisa denger sih dia nglakson terus..... tapi setelah jauh dari mobilnya, aku bingung mau kemana. Tapi aku inget kalo tempat tadi deket sama kosan kakak. Makanya aku kesini”

Memang dulu Amanda pernah kesini diantar oleh pacarnya, mengambil partitur lagu.
“Terus ? kok kamu malah kesini ? ga pulang aja ?” tanyaku sambil berusaha meyakinkan dia agar pulang.
“Males nanti ditanyain sama orang tua.... kemana si pacar, kok pulang sendiri. Ribet “ jawabnya
“Lah kalo dicariin gimana ?” aku makin bingung
“Aku udah bilang sama orang tua aku... mau tidur di rumah temen” “Tenang aja, mereka percaya kok.....”

Aduh. Entah mengapa menurutku Amanda berlebihan dalam menghadapi masalah ini. Kenapa gak putusin aja cowok itu, cari taksi, pulang, tidur, besok lupa. Tapi dia malah repot2 pergi ke kosanku.
“Terus kamu mau ngapain disini ?” tanyaku dengan malas
“Aku mau nenangin diri dulu kak.....”
Eh. Bukannya lebih enak di rumah ? disitu kan bisa nangis bombay di depan orang tua. Dijamin bakal ditenangin, abis nangis besoknya lega deh. Aku bingung melihat kerapuhannya menghadapi masalah ini.

“yaudah lah terserah” kataku “tapi inget, jangan ribut, jangan keluar kamar, besok pagi saya anterin ke rumah”
“Iya kak” jawabnya...

Jam2 berikutnya diisi dengan obrolan2 yang biasa kami lakukan, soal musik, teknik bermain saksofon. Tak lupa aku menyetel musik keras2 dari laptop dan menyalakan tv agar suara kami tidak terdengar.

Tanpa terasa sudah jam 11 malam
“Aku ngantuk kak....” Kata amanda
“Hmm.... kamu tidur di atas aja, saya biar tidur di karpet” jawabku sekenanya.
“Enggak kak... aku kan tamu. Aku aja yang tidur di karpet” malah enak di gw. Aku pikir. Aku mengiyakannya dan menggelar selimut cadangan di karpet, untuk alas tidur agar agak empuk, dan memberinya selimut tipis serta bantal yang berlebih di ranjang. Aku mematikan lampu, dan juga naik ke ranjang, bersiap untuk tidur.

“Jangan dimimpiin kejadian yang tadi ya..” kataku mengingatkan
“Iya kak....”

Sepi. Aku hanya menatap langit2 sambil memikirkan caranya besok pagi keluar tanpa ketahuan yang jaga kos. Kebetulan aja tadi hujan besar sehingga penjaga kos tidak memperhatikan pintu gerbang. Aku agak kesal dengan sikap Amanda. Sudah malas latihan, dan tidak berpikir panjang. Sebenernya muncul rasa kasihan yang besar dalam diriku. Dia belum dewasa, belum bisa mengambil keputusan dengan matang, dan akibatnya seperti ini. Ada di kos2an guru musiknya, dan tidur di lantai. Yasudahlah. Mungkin Amanda butuh teman malam ini, begitu pikirku.

Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini, harus kuakui kehadiran Amanda malam ini merusak pikiranku. Bukan jadi buruk, tetapi pikiranku menjadi kotor. Aku pernah melakukan seks, sekali2nya waktu baru kuliah dulu. Pengalaman itulah yang membuatku sedikit membayang2kan bagaimana kalau aku bermain cinta dengan Amanda.

Amanda memang cantik, kulitnya putih dan mukanya manis. Dan fakta2 itulah yang membuat pikiranku menjadi kotor. Coba kalau dia laki2. pasti aku santai2 saja.

Lama aku tidak bisa tidur. Aku sengaja menghadap ke tembok agar tidak melihat Amanda. Tiba2.. Jleg. Aku merasa ranjangku dinaiki orang. Aku kaget, sedikit terkesiap tapi aku berhasil mehanannya. Rupanya Amanda menaiki ranjangku.

“Kak... aku tidur sama kakak ya......” katanya dengan nada merajuk. Damn
Aku tidak bisa menolak karena dia sudah naik ke atas ranjang. “Ehh... ni kalau mau pake selimut. Aku memberikan bagian selimutku pada Amanda. Dia tampak agak malu, dan segera mengambil bagian selimutnya, dan tidur membelakangiku.

Sial. Apa2an ini. Kenapa dia naik ? apa karena kedinginan ? atau keras ? atau kenapa ?
Aku merasakan gerakan di sebelahku.
“Kak... maaf... aku sebenernya masih pengen ngobrol” “gapapa kan ?”
Aku membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku dan muka Amanda tidak lebih dari 2 jengkal. Matanya yang memerah menatapku penuh harap.

“Kamu ya... Dengerin. Kenapa sih mesti gini ? kamu sekarang ada di kamar cowok, tidur bareng satu kasur. Ga pantes tau. Apa saya tidur di bawah aja ya” Aku berusaha bangkit.

“Ini yang aku suka dari kakak...” tiba2 Amanda berkata seperti itu.
“Eh........” Aku heran dan mematung sejenak
“Kakak orangnya tegas...” “gak kayak dia.... egois... udha gitu ga pernah bisa tegas dan ga punya pilihan”
“Manda... tapi” Kata2ku terhenti ketika tangannya menyentuh pipiku lembut.

“Aku suka sama kakak” pengakuannya membuatku terhenyak. Apakah benar ? apa Amanda Cuma terbawa perasaan akibat baru mengalami kekecewaan dalam berpacaran ?
Aku mematung. Terdiam. Dalam hati aku mengakui bahwa sosok Amanda yang manis membuatku tertarik. Tetapi selama ini aku selalu me-ignore perasaan itu karena 1, dia sudah punya pacar, dan 2, aku tidak ada waktu untuk perempuan ditengah kesibukan tesis, musik dan ngajar.


“Kak” tangannya terus mengelus pipiku. Aku pun luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan wajah kami masing2. kami menutup mata dan bibir kami pun bersentuhan. Kami berciuman dengan pelan dan lembut. Amanda terus maju ke dalam pelukanku. Aku meraih pinggangnya, dan menggenggam tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan.di dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat.

Kami melupakan batas antara guru dan murid. Walaupun umur kami tidak berbeda jauh, hanya enam tahun, namun rasanya ini seperti affair yang aneh antara guru dan murid. Walaupun guru dan muridnya hanya di sekolah musik saja. Kami berciuman sangat lama. Entah kenapa kami berdua tidak berciuman dengan nafsu dan tergesa2.

Tangan kiriku yang menyentuh pinggang Amanda, tiba2 mulai nakal. Tanganku masuk ke dalam t shirt yang dia pakai. Menyentuh kulit halusnya. Amanda tidak berontak. Dia malah terus menciumiku. Amanda pun tidak protes ketika tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya. Damn. Rupanya dia tidak memakai celana dalam dan BH.

Aku melepaskan ciumanku, dan mulai menciumi telinga dan lehernya.
“Ahh... Kak... ‘ Amanda tampak menikmati perbuatanku. Tanganku terus bermain mencoba membuka celana pendeknya. Amanda tidak berontak, kakinya malah beringsut membantuku melepas celana pendek itu. Pada akhirnya aku melempar celana itu ke lantai. Aku mulai menyentuh pahanya yang sangat mulus. Aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku.

“Kak..... “ Amanda memanggilku
“Kenapa ?” Aku menghentikan ciumanku di leher
“Kalau mau itu’... pelan2 ya.... aku belum pernah...” jawabnya pelan dengan nada pasrah dan tatapan penuh harap.
Apa. Masih perawan ? aku kaget. Kupikir setidaknya dia pernah tidur dengan pacarnya. Pantas saja dia tidak bisa menyikapi kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim. Aku terdiam. Mematung. Tidak dapat berpikir dengan jernih.

“Amanda... kalau kamu gak mau, jangan....” aku mundur
“Gak apa2 kak. Kalau sama kakak aku mau..” Amanda meraih tanganku.
“Kamu belum pernah.... jangan dipaksa kalau gak mau....” aku berusaha berpikir jernih.
Amanda terdiam, tetapi dia malah masuk ke pelukanku kembali.
“Aku mau....” jawabnya pelan
“Aku Cuma minta kakak perlakukan aku dengan lembut”
“Tapi” aku masih bertahan
“Kak.... aku mau kasih ke kakak malem ini” “itu karena aku suka sama kakak” “dari pertama ketemu, tapi kakak tampaknya cuek sama aku.... tapi aku makin suka karena tau kakak orangnya tegas, dewasa, “

“Amanda, itu cuman perasaan pelarian aja...” jawabku
Amanda hanya diam. Tetapi dia menjawab dengan semakin masuk ke dalam pelukanku.
Dia memelukku dengan erat, dan tidak mau melepasku.
“Aku mau ngelakuinnya cuman sama kakak” amanda tetap gigih. Kami berpandangan sangat lama. Hingga akhirnya aku menciumnya kembali. Pertahanan akal sehatku runtuh.

Tanganku terus melingkari pinggangnya yang ramping itu. Amanda perlahan2 bergerak menindih tubuhku. Badannya naik ke atas badanku. Tangannya mencoba membuka t shirt ku tapi tampaknya dia agak canggung melakukannya. Aku melepaskan tanganku dari pinggangnya dan membantunya membuka atasanku. Setelah itu aku berusaha bangkit dan duduk. Amanda memegang bahuku dan mencoba maju menciumku.

Aku menahannya dan memegang kedua tangannya. Aku menatap matanya lekat2. amanda menatapku malu2. Aku sedikit tegang. Malam ini kedua kalinya aku berhubungan seks. Dan ini yang pertama bagi Amanda. Jantungku berdetak hebat. Aku menggenggam ujung t shirt yang dia pakai. Pelan2 kutarik keatas. Amanda menurut dengan mengangkat tangannya.

Amanda sudah telanjang bulat di pangkuanku. Kedua tangannya disilangkan, menutupi buah dadanya yang kecil. Dia sedikit menunduk dan tampak sangat malu. Pasti ini pertama kalinya dia telanjang bulat di depan laki2.

Aku memegang dagunya dan mengangkat wajahnya. Tak berapa lama kucium bibirnya lembut. Aku menggenggam kedua tangannya dan mulai menciumi lehernya, terus sampai ke buah dadanya yang kecil

Aku menciumi putingnya. Kurasakan badannya agak gemetar, entah karena geli atau agak takut. “Uhh..... Kak... geli.....” Amanda mendesah kecil. Aku berbisik kepadanya “Jangan terlalu berisik ya... nanti bisa gawat kalau ketahuan penjaga kos...”

Amanda mengangguk pelan. Aku melanjutkan menciumi buah dadanya. Sempat kulihat Amanda menggigit bibirnya. Menahan agar dia tidak ribut. “Ngggh.... mmmhhh...” Amanda terus mendesah. Aduh, bagaimana nanti ketika kami sampai ke inti permainan ?.

Aku menyuruh amanda untuk turun dari pangkuanku. Aku segera melepaskan celanaku. Amanda nampak agak kaget ketika melihat penisku. Ini pertama kalinya juga dia melihat penis lelaki langsung. Amanda duduk di sampingku. “Amanda, kalau kamu emang ga siap, mendingan gak usah....” Aku menatap wajahnya yang tampak malu bersemu merah,

“ Ga apa2 kak.... udah sampe sini....” dia tersenyum kecil walau aku bisa merasakan bahwa dia merasa gugup dan deg2an. Aku memegang lembut tangannya dan mencium keningnya. Lalu aku menariknya pelan agar kembali duduk di pangkuanku. Amanda duduk membelakangiku. Punggungnya sungguh mulus dan bersih. Aku mulai menciumi bahunya, terus sampai keleher. Kupeluk erat pinggangnya dan bisa kurasakan tangan Amanda memeluk erat leherku. Lama kuciumi bagian belakang leher dan punggungnya. Tak tahan lagi, pelan2 kubimbing Amanda untuk berbaring di kasur. Aku memegang lututnya dan kulebarkan pahanya.

Aku menindih badannya. Tangan Amanda menahan bahuku. Aku sejenak mematung memandangi Amanda. Patutkah kurenggut keperawanan perempuan manis ini ? Haruskah dia melakukannya denganku ?

Amanda balik menatapku dan berkata “Kak..... pelan2 ya... aku tau pasti sakit pada awalnya”
“Kalau kamu gak mau, bisa kita hentiin sekarang kok..... “ aku menjawabnya.
Amanda menggeleng pelan. “Aku siap kak...........”

Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya yang telah basah. Pelan2 kugesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Amanda mengejang2 geli. Aku memperbaiki posisi dengan menggenggam tangannya. Kurasakan pelan, penisku memasuki bibir vaginanya. Sempit sekali. Aku berkonsentrasi penuh memasuki vaginanya.

“Nggggh.......Ahhh..... “ Amanda menahan sakit. Bisa kulihat dia menggigit bibirnya dan matanya sedikit berkaca2. “Uhhhh.....” dia menarik napas lega ketika penisku masuk penuh kedalam vaginanya. Aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan. Amanda tampak menutup matanya, dan meringis seperti menahan sakit. Aku mencabut penisku. Kulihat penisku berlumur darah perawan Amanda.

“Sakit? Kalau kamu ga tahan sakitnya ga usah dilanjutin...” Aku khawatir
“Gapapa kak.....” Amanda tersenyum dengan mata agak berkaca2.
Aku menarik nafas panjang, kuputuskan untuk tidak merubah2 posisi bercinta kami, terlalu dini untuk kami berdua. Ditambah lagi pengalaman kami berdua sangat minim.

Aku kembali memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Sudah lebih mudah, walau masih sempit. Kurasakan dinding vaginanya yang hangat mengapit penisku erat.
“Mmmhhhh....kak.. “ Amanda mendesah pelan, dia sudah tidak meringis atau menggigit bibir lagi seperti sekarang.

Aku terus memaju mundurkan penisku dengan pelan namun temponya stabil. “Uhhh.....” Amanda tiba2 mencengkram erat bahuku. Seakan ingin mencakarnya. “Mmmmhhh” Kaki Amanda mencengkram erat pinggangku. Aku tahu dia akan orgasme. Terlalu cepat mungkin. Tetapi wajar. Karena ini pengalaman pertama bagi Amanda. Dia belum tahu bagaimana mengatur tempo, merubah posisi, ditambah lagi malam ini semuanya aku yang mengendalikan.

Amanda terus bersuara kecil mengikuti tempo goyanganku. “Nggg... mmmmhh....”
Tiba2 aku menghentikan gerakanku. Aku tak ingin aku bablas keluar di dalam. Kaki amanda kuat mencengkram pinggangku. Malam ini adalah pengalaman pertamanya. Wajar jika dia tampak tegang atau gugup. Aku tak mau jika ketegangannya mengakibatkan kecelakaan yang tidak diinginkan.

“ah.... kenapa kak ?” tanyanya polos dengan nafas tidak teratur
“Enggak... tadi kamu ngejepit pingganggku terlalu keras... aku takut kalau nanti aku keluar di dalem...” jawabku.
“oh.... “amanda
“kamu santai ya sayang....” aku mengelus rambutnya lembut dan dia hanya mengangguk pelan.

Pelan2 aku mengisyaratkan agar Amanda tidur tengkurap. Dari belakang aku memposisikan kepala penisku tepat di lubang vaginanya. Pelan2 aku masukkan kembali. “hmmhhh... aaahhhh...” Amanda kembali mendesah ketika kumasukkan penisku. Aku memeluk pinggangnya dan membimbingnya naik. Kami bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Amanda bertumpu pada kasur. Aku menggerakkan penisku maju mundur sembari memegang erat pinggangnya. “Uuuuuh.... Ahhh..... “ Amanda tidak bisa menahan lagi suaranya. Entah karena kesakitan atau keenakan. Tapi kalaupun kesakitan, dia tidak berontak. Amanda terus mengerang. Entah berapa lama kami melakukannya. “Kak.... aku... ahhh”

Aku tau Amanda akan segera orgasme. Tapi aku tidak mencebut penisku. Aku malah makin bernafsu menggerakkannya. Tumpuan tangannya semakin lemas. Aku secara refleks malah menarik tangannya kebelakang agar posisi tubuhnya tetap stabil. Aku merasakan tubuhnya menegang dan vaginanya menjepit erat penisku. “Aaaaah..... aaaahh..... nggghh....” Amanda mengerang tanpa mempedulikan keadaan kamar kosku yang mungkin saja suara malam itu bisa bocor ke kamar sebelah. “Ngggghh... aaaaaaaaaah”. Tak berapa lama aku langsung mencabut penisku dan spermaku lalu muncrat berantakan di luar vaginanya. Amanda langsung dengan lunglai menjatuhkan diri ke kasur. Aku pun merebahkan diri di sebelahnya. Kami berpandangan dengan cukup lama dan berpelukan sampai kami tertidur.

Kini, kami bukan murid dan guru lagi. Tapi lebih dari sekedar itu. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar les, karena kami sekarang menjadi sepasang kekasih. Kejadian malam itu, tidak pernah terulang lagi sampai sekarang. Dan kami tidak pernah mengungkitnya lagi. Biarkan malam itu ada untuk dikenang saja dalam hati kami masing2.

Sabtu, 02 Maret 2013

Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru 2013

Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013
Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013

Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013
Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013

Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013
Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013

Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013
Foto Bugil Sexy Cewek Bispak Terbaru  2013

Foto Bugil Bispak Ayam Kampus Di Kamar Kost

Foto Bugil Bispak Ayam Kampus Di Kamar Kost
Foto Bugil Bispak Ayam Kampus Di Kamar Kost


Foto Bugil Bispak Ayam Kampus Di Kamar Kost
Foto Bugil Bispak Ayam Kampus Di Kamar Kost




Nikmatnya Amoy

Nikmatnya Amoy.Aku seorang fotografer yang sering mengorbitkan model2 yang belum punya nama. Aku punya kenalan banyak produser film dan agency model, sehingga aku selalu berhasil menyalurkan para model2 baru ini kepada mereka. Mereka percaya karena model2 yang kuajukan biasanya tidak pernah mengecewakan walaupun mereka belum berpengalaman. Aku kenalan dengan satu cewek amoy, sebut saja Fika, abg asal kota amoy, Singkawang. Seperti ciri kebanyakan abg amoy, Fika punya perawakan kutilang tapi gak darat, karena toketnya lumyayan gede. Pinggangnya ramping dan pinggulnya yang besar sehingga membuat setiap lelaki betah berlama2 menyapu tubuh Fika dengan matanya. Apalagi kalo liat Fika jalan, pantatnya yang besar bergerak kekiri kekanan mengikuti gerak langkahnya. Pasti bikin napsu lelaki yang ngeliatnya, apalagi Fika sering pake celana panjang, apalagi pendek, yang ketat. Kulitnya yang putih dan
wajah sendu dengan sepasang mata sipit menambah kecantikan Fika. Yang khas lagi dari Fika adalah bulu tangan dan kaki yang panjang2, ditambah dengan kumis tipis yang menghiasi bagian atas dari bibir mungilnya, menambah keseksiannya. Pastilah jembutnya lebat, dan napsunya gede. Model pakeannya juga selalu seperti yang dipake abg amoy, rambut lurus sebahu yang dicat kepirangan, blus ketat yang menonjolkan kemontokkan toketnya, dan celana hipster yang juga ketat sehingga pinggang dan pinggulnya pasti menarik perhatian lelaki yang melihatnya. Lagian blus ketatnya cuma sepinggang sehingga pinggang dan perutnya yang putih mulus serta pusernya suka ngintip kalo Fika bergerak. Fika ingin mencoba peruntungannya dibidang modelling.

"Kamu punya bikini atau daleman model bikini gak?", tanyaku ketika menjadwalkan sesi pemotretan. "Punya om, cowokku sering beliin aku daleman model bikini, mana kekecilan dan tipis lagi. Bikini juga ada". "Kamu bawa ya, juga bawa baju ganti karena kita akan shooting di vila, kalo enggak selesai kita nginep ya". "Nginep om?", tanyanya. "Napa, kamu keberatan? Kalo gak selesai masa mesti balik lagi dan besok kesana lagi. Buang2 waktu lah, lagian kita juga bisa bikin foto sesionnya malem kan".

Pada hari yang dijanjikan, Fika membawa tas yang berisi baju ganti, bikini dan beberapa daleman bikini serta mantel. " Hai Fik", sapaku ketika jumpa di resto yang menjadi tempat pertemuan kami. Fika pake blus ketat warna pink dan jins hipster ketat juga. "Wah kamu cantik sekali, Fik, seksi juga lagi", kataku sambil menyalami Fika. "Om belum pernah neh dapet model amoy, mana amoynya bahenol lagi". Aku duduk didepan Fika. "Kita berangkat sekarang yuk". Kamipun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke mobil ku yang diparkir di halaman resto. Di jok belakang teronggok tas yang berisi peralatan fotografi, serta peralatan bantu lainnya. Segera mobil meluncur meninggalkan tempat parkir, menembus kemacetan kota menuju ke vilaku yang terletak di daerah Puncak. Selama diperjalanan kami ngoborol ngalor ngidul. Aku mampir disebuah mini mart didekat vila dan membeli makanan dan minuman serta keperluan lainnya. Belanjaan yang cukup banyak itu ditaruh dibagasi mobil mengingat di jok belakang dah dipenuhi peralatan foto. Sesampainya di vila, ku menurunkan semua bawaannya. Fika membantu ngangkatin juga selain tas pakeannya. "Gak ada yang nungguin ya om", tanya Fika. "Ada yang nunggu, setan". "Bener om ada setannya", Fika membelalak ketakutan. "He he om becanda kok, kalo juga ada setan, setannya takut ama om. Kan om rajanya setan", kataku sembari mencolek pinggang Fika yang terbuka. "Ih, om geli ah", jeritnya manja. "Kan vila ini kosong, jadi kalo om mo pake vilanya, ada orang yang dateng buat membersihkan seluruh vila sebelumnya". Makanan dan minuman dimasukkan ke lemari es, sebagian diletakkan dimeja pantri. Ketika itu dah sore, matahari dah mulai turun. "Fik, masih ada matahari, fotosession dulu yuk. Kamu pake deh bikini kamu. Om tunggu di belakang ya, di kolam renang". Fika masuk ke salah satu kamar dan mengganti pakeannya dengan bikini. Karena bikininya minim, toketnya yang besar montok seakan mo ngeloncat keluar. Demikian juga jembutnya yang lebat ngintip dari sela2 cd bikininya. Aku menelan ludah ketika melihat Fika berbikini sexy. "Wao, mulus banget Fik. Merangsang banget". Aku segera memberi arahan pada Fika untuk berpose di pinggir kolam renang dan mulai mengambil gambar. Karena Fika belum pernah akting maka gayanya kaku. "Kamu malu ya Fik ama om, kok kaku banget seh gaya kamu". "Enggak kok om, Fika gak malu". "Anggep aja om cowok kamu supaya kamu bisa lebih rilex gayanya". Dengan sabar aku mengarahkan Fika berpose sehingga akhirnya dapet juga satu set foto Fika berbikini. Aku mengomentari apa yang harus diperbaiki sembari melihat foto2 yang diambilnya di laptop.

Karena dah mulai gelap, foto session dipindah kedalem. Di ruang tamu. "Fik, kamu ganti pake lingeri, bawa kan". "Bawa om", Fika menghilang lagi kekamar dan mengganti bikininya dengan daleman tipis dan minim yang model bikini juga. Aku kembali ternganga melihat kemontokan bodi Fika. Karena dalemannya yang tipis maka berbayanglah pentil toket Fika yang belum terlalu besar dan berwarna pink kecoklatan. Demikian pula jembutnya yang lebatpun terlihat jelas dibalik cd tipis yang dipakenya. "Wah Fik, kamu lebih merangsang begini daripada telanjang bulet". Foto session dimulai lagi dengan menggunakan sofa. Lampu sorot dipake untuk menambah pencahayaan. Fika tanpa canggung berpose lebih vulgar dari yang di kolam renang, pahanya selalu dikangkangkan menonjolkan kelebatan jembutnya. Toketnyapun selalu dibusungkan sehingga terekam dengan jelas kemontokannya di kameraku. Sementara aku sendiri terlihat sekali susah mengendalikan napsu yang sudah sangat berkobar2 melihat kemontokan Fika. Karena sudah mendapatkan banyak masukan dari hasil sesi foto bikini, Fika jauh lebih rilex berposenya dan memerlukan sangat sedikit perbaikan sehingga cepat selesai sesi foto lingerie. Akupun men set kameranya ke lap top dan mulai membahas satu persatu foto yang telah dibuat dengan Fika. "Foto session ke 3 telanjang ya Fik". "Siapa takut, tapi makan dulu ya om, Fika dah laper neh". "Kita cari makan diluar ya Fik, deket vila ada warung sate kambing, enak". "Biar tambah hot ya om", jawab Fika sembari menghilang ke kamar. Keluar dari kamar dia dah memakai pakaeannya yang tadi, blus dan jins hipster. "Fik, kalo malem dingin, kamu gak bawa mantel". "Ada om", kata Fika sembari masuk ke kamar lagi mengambil mantelnya. Sampe sini aku belum menunjukkan aktivitas apa2, walaupun sudah sangat bernapsu.

Sekembali dari makan, Fika memakai bikininya lagi dan mengajakku berenang. Air kolamnya terasa hangat walaupun tidak dipanasi. Aku hanya bercelana gombrong. Kami berenag hilir mudik beberapa saat, kemudian Fika segera keluar dari kolam, membungkus tubuhnya dengan anduk dan berbaring di dipan bermatras yang ada dipinggir kolam. Hawanya terasa dingin, segera akupun keluar dari kolam dan duduk disebelah Fika yang sudah berbaring didipan. "Om dingin om". Segera aku berbaring disebelah Fika, memeluknya dan segera memagut bibir mungil Fika. Fika membiarkan saja tindakanku karena dia sangat ingin aku membantunya mengorbitkan dia. Sebentar saja anduk yang membungkus tubuhnya sudah kuurai. Fika menjadi gelisah, kakinya berubah posisi terus, sebentar kaki kiri diatas kaki kanan, sebentar lagi posisinya sebaliknya. Dia rupanya menahan napsunya yang telah berkobar. "Kenapa Fik, gatel ya, kok kakinya berubah terus". Fika diem saja. Aku mencium pipinya, Fika menggelinjang dan menoleh ke arah ku. Aku segera mencium kembali bibir mungilnya. Melumatnya, lidahku mendesak masuk ke dalam mulut Fika, menggelitik langit langit mulutnya. Aku mulai merabai toketnya yang masih tertutup bra bikininya. Fika merintih.

”Om..”. Aku menjilati lehernya, ”tenang aja Fik, nikmati ..” . Fika benar benar tak kuasa menolak semua itu , dia hanya pasrah menikmati permainan itu. Kembali aku menciumi bibir Fika lagi . Fika pun membalasnya dengan penuh nafsu . Dengan cepat aku melepas bra bikini yang di kenakan Fika . Fika sama sekali tak menolak . Dadanya telah terbuka. Aku menatap toketnya, yang segera kuraba2. Tubuh Fika gemetar. pentilnya juga kumainkan dengan liar. Fika mendesah “ ahh.. .. ehhh ….om ohh… “. Aku pun menjulurkan lidah , menjilati pentilnya yang tampak menonjol keluar. Fika sudah sepenuhnya di kuasai birahi . Aku dengan bernafsu melumat, menyedot toketnya. Membuat Fika semakin birahi . Suara erangan nikmat Fika terdengar , menambah gairahku . Aku pun mengurai ikatan cd bikini Fika sehingga dalam sekejab Fika sudah bertelanjang bulat. Jembutnya yang lebat menyelimuti daerah no noknya. Dengan lembut aku meraba raba paha putih mulusnya. Perlahan aku mengelus elus paha putih Fika. Sambil sedikit demi sedikit Fika merenggangkan kedua kakinya, aku dapat jelas melihat cairan nikmat yang merembes dari no nok Fika membasahi selangkangan. aku menjilati daun telinganya sehingga membuatnya terangsang geli. Satu sentuhan lembut, jarinya tepat di belahan no noknya. Membuat suara erangan birahi keluar dari mulut Fika. “AAhh …… “ . aku terus aktif menyapu pentilnya dengan lidah, toketnya tampak mengeras karena napsu . Di sertai getaran getaran jariku di atas belahan no noknya, membuat tubuh Fika bergejolak. “ohh..... ahhh .. sudah, Fika gak tahan lagi .. ..” erangnya ketika jariku bergerak semakin cepat di belahan no noknya, keatas dan kebawah. aku tidak berhenti , jariku bergetar semakin liar. Pentil Fika juga kujilat cepat . Tubuh Fika mengejang , Fika menjerit keenakan, dia nyampe.

Nafasnya masih memburu di sertai degup jantungnya yang berdetak cepat . Akupun menciumi bibir nya. "Fik, kamu merasa nikmat gak ..” tanyaku, sambil terus mencium bibir Fika dengan mesra. Dengan dua jari, bibir no noknya kukuakkan lebar. Fika mengerang . aku menatap no nok Fika, dengan liangnya yang basah . it ilnya tampak memerah dan membesar . Aku menjulurkan lidah menjilati it il Fika . Lagi lagi Fika mengerang nikmat. Jilatanku di it il Fika terus membangkitkan nafsu birahi Fika . Sebentar aja Fika telah kembali bernapsu. Fika terus mengerang kenikmatan . Lendir no nok Fika mengalir terus . Rasa nikmat dan gatal mendera it ilnya yang tegang terangsang. Dan tubuhnya kembali menegang . “ ahh…enak…ahhh..enak..” erangnya . Lidahku terus bergerak menyapu it il Fika dan membawa Fika kembali mengejang kerena nyampe lagi . Tubuh Fika pun kembali lemas . "Om, belum dien tot aja Fika dah 2 kali nyampe, apalagi kalo dah dien tot ya om". Setelah beberapa saat , aku membawa tubuh bugil Fika kedalam kamar dan membaringkannya di ranjang. Fika berjalan agak gontai dan sempoyongan, tubuhnya terasa lemas dan tenaganya seperti hilang . "Kok masuk om, Fika pengen banget mo maen di kolam". "Kan diluar dingin Din, ntar masuk angin lagi. Besok kan kita mo foto session nude lagi".

Sekarang Fika telah berbaring di ranjang. aku memberikan minuman yang tadi kubeli di minimart kepada Fika. Aku pun mulai membuka celanaku. kon tolku yang tegang sudah siap untuk memasuki no nok Fika. Aku menghampiri Fika . aku meminta Fika mengemut kon tolku. “kon tol om”, kata Fika lirih. "Emangnya kenapa Fik". "kon tol om besar sekali, lebih besar dan lebih panjang dari kon tol cowok Fika”. Jemarinya mulai menyentuh kepala kon tolku. Pertama kali Fika hanya memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus dong Fik, pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayuku penuh nafsu. “Iiih… keras sekali om”, bisik Fika. "Ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” aku mengerang nikmat saat tiba-tiba saja Fika bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat. “Iiih sakit ya om", tanyanya. aku menatap Fika. “Ooouhh jangan dilepas Fik, remas seperti tadi, lekas Fik, oohh…” erangnya lirih. Fika kembali meremas kon tolku seperti tadi. aku melenguh nikmat. Fika menatap kon tol yang kini sedang diremasnya, jemari kedua tangannya secara bergantian meremas batang dan kepala kon tolku. Jemari kiri berada di atas kepala kon tol sedang jemari yang kanan meremas batangnya. aku hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Fik… terusss, yaahh… ohh… ssshh”. Fika memandang aku sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian dia mulai memompa dan mengocok kon tolku maju mundur.

“Aakkkhh… ssshh” aku menggelinjang menahan nikmat. Fika semakin bersemangat melihat aku merasakan kenikmatan, kedua tangannya bergerak makin cepat maju mundur mengocok kon tolku. “Fik…aahhgghh… sshh, sekarang diemut Fik", pintaku. Fika pun menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung kon tolku. Tapi belum diemutnya . aku mendorong kon tolku hingga ke mulut Fika . "ayo dong ..Fik, diemut ..dong..” pintaku . Fika pun perlahan membuka mulutnya. kon toku segera melucur masuk ke dalam mulutnya. “ ufff …ughh …. “ suara Fika tertahan kon tol . Fika mengeluar masukkan kon tolku didalam mulutnya. aku kemudian menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toket Fika, perutnya yang menekan no nok Fika. Kembali aku menggerayangi toket Fika, aku mulai menggesekkan jemariku mulai dari bawah toket di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketnya yang kenyal dan montok. Fika merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Om, geli, ayo dong om Fika dien tot", erangnya lirih. Beberapa saat aku mempermainkan kedua pentilnya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Fika menggelinjang lagi, aku memuntir sedikit pentilnya dengan lembut. ”Om…” Fika kembali mendesah.

Secara bersamaan akhirnya aku meremas-remas gemas kedua toketnya dengan sepenuh nafsu. “Aawww… om”, Fika mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. aku semakin menggila tak puas meremas lalu aku mulai menjilati kedua toket Fika secara bergantian. Aku menjilati seluruh permukaan toket Fika sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, kugigit-gigit pentil Fika secara bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas. Lima menit kemudian aku menghisap kedua pentil Fika sekuat-kuatnya. Aku tak peduli Fika menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali Fika memegang dan meremasi rambutku, sementara aku tetap mencengkeram dan meremasi kedua toket Fika bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Pentil Fika kupilin dengan lidahku sambil terus kuhisap. Fika hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali me mekik kuat ketika gigiku menggigiti pentilnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toket Fika nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitanku. Cukup lama aku mengemut toket Fika, setelah itu aku merayap menurun ke bawah. Ketika lidahku bermain di atas pusar Fika, Fika mulai mengerang-erang kecil keenakan, aku mengecup dan membasahi seluruh perutnya. Ketika bergeser ke bawah lagi, aku membetulkan posisinya di atas selangkangan Fika. Aku membuka ke dua belah paha Fika lebar-lebar, Fika sudah sangat terangsang sekali. Kedua tangan Fika masih tetap memegangi kain sprei. aku memandangi no nok Fika yang ditumbuhi jembut lebat. Bibir no noknya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit berada diantara kedua bibir no noknya. Selanjutnya aku langsung menyosor menekan no nok Fika, hidungku menyelip di antara kedua bibir no nok Fika. Bibirku mengecup bagian bawah bibir no nok Fika dengan bernafsu, sementara tanganku merayap ke balik paha Fika dan meremas pantatnya yang bundar dengan gemas. aku mulai mencumbui bibir no nok Fika yang tebal itu secara bergantian. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, aku mengecup dan mengulum bibir no nok Fika bagian bawah. Karena ulahku, Fika sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir no noknya. Aku memegangi kedua belah pantat Fika yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak. Fika meremasi rambutku sampai kacau. Kadang pantatnya dinaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan no noknya. Fika berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat hebat, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. aku semakin bersemangat melihat tingkahnya.

Kusibakkan bibir no nok Fika, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendir Fika. aku mengusap dengan lembut bibir no noknya, agak ke atas dari liang no noknya yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, it ilnya. Lalu secepat kilat dengan lidah aku menyentil2 it il Fika. Fika me mekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya kebawah. Fika mengejang hebat, pinggulnya bergerak liar dan kaku, sehingga jilatanku pada it ilnya jadi luput. Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah paha Fika lalu kembali menempelkannya bibir dan hidungku di atas celah kedua bibir no nok Fika. Aku menjulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan menembus jepitan bibir no nok Fika dan kembali menyentil it ilnya. Fika me mekik tertahan dan tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya. Pantat nya terangkat ke atas sehingga lidahku memasuki celah bibir no noknya lebih dalam dan menyentil-nyentil it ilnya. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit Fika mengejan kembali dan ada semburan lemah dari dalam liang no noknya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. aku masih menyentil it il Fika beberapa saat sampai tubuh Fika terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Fika melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru dirasakan, sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika Fika nyampe. Seluruh selangkangan Fika tampak basah penuh air liurku bercampur lendirnya yang kental. aku menjilati seluruh permukaan no nok Fika sampai agak kering, “Fik…puas kan…” bisikku lembut namun Fika sama sekali tak menjawab, matanya terpejam rapat. “Giliran om ya Fik, om mau masuk nih”, bisikku lagi. "Om nakal ih. Sekarang dien tot yang lama ya om", rengek Fika. "Yang penting Fika nikmat kan". "Nikmat banget2, om".

aku segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuh Fika yang telanjang berkeringat. Aku menarik kaki Fika ke atas dan kutumpangkan kedua paha Fika pada pangkal pahaku sehingga kini selangkangan Fika menjadi terbuka lebar. Aku menarik pantat Fika ke arahku sehingga kon tolku langsung menempel di atas no nok Fika yang masih basah. Aku mengusap-usapkan kepala kon tolku pada kedua belah bibir no nok Fika dan lalu beberapa saat kemudian kon tol kutepuk2kan dengan gemas ke no nok Fika. Fika menggeliat manja dan tertawa kecil, “Om… iiih.. gelii... aah”. "Fik, kon tol om mau masuk nih”, bisikku penuh nafsu. “Om, masukin buruan. Fika dah gak tahan lagi neh", sahut Fika. Sedikit kusibakkan bibir no nok Fika, lalu kuarahkannya kepala kon tolku yang besar ke liang no nok Fika yang sempit. Aku mulai menekan dan tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang no nok Fika membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kon tolku. Fika menggigit bibir saking nikmatnya. aku melepaskan jemariku dari bibir no nok Fika dan plekk…bibir no nok Fika langsung menjepit nikmat kepala kon tolku. Fika memejamkan matanya rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. aku agak membungkukkan badan ke depan agar pantatku bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Aku memajukan pinggulku dan akhirnya kepala kon tolku mulai tenggelam di dalam no nok Fika. Aku kembali menekan, mili demi mili kon tolku secara pasti terus melesak ke dalam no nok Fika. Aku terus menekan kon tolku, terus memaksa memasuki no nok Fika yang luar biasa sempit itu. aku memegang pinggul Fika, dan kutarik kearah kon tolku sehingga masuk makin ke dalam. Aku menghentak keras ke bawah, dengan cepat kon tolku mendesak masuk no nok Fika. Fika mengerang nikmat. Kuhentakkannya lagi pantatku ke bawah dan akhirnya kon tolku secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir no nok Fika. aku berteriak keras saking nikmatnya, mataku mendelik menahan jepitan ketat no nok Fika yang luar biasa. Aku merebahkan badannya di atas tubuh Fika yang telanjang, Fika memelukku, toketnya kembali menekan dadaku. no noknya menjepit meremas kuat kon tolku yang sudah amblas semuanya. “Fik… bagaimana rasanya”, bisikku. "Nikmat banget om”, jawabnya. Aku mencium bibir Fika dengan bernafsu, dan Fikapun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu aku mulai menggoyang pinggul naik turun. kon tolku mulai menggesek no nok Fika. Pinggulku menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kon tolku yang tegang. Fika memeluk punggungku dengan kuat, kukunya terasa menembus kulitku. Fika merintih dan me mekik keenakan. Beberapa kali Fika sempat menggigit bibirku saking napsunya. aku hanya merasakan betapa no nok Fika yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kon tolku. Ketika kutarik keluar terasa daging no nok Fika seolah mencengkeram kuat kon tolku, sehingga terasa ikut keluar. "Fik, om nggak tahan lagi nih aahhgghghh”, bisikku. “peju om mau keluar". "Fika juga mo nyampe om, barengan yach". Dan akhirnya pejuku ngecret di no nok Fika. Fikapun ikut mengejang ketika merasakan hangatnya pejuku yang menyembur2 seperti dam yang bobol didalam no noknya. Kamipun berpelukan puas. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecaapaian dalam permainan tadi.

Kami tertidur sampai menjelang pagi. Ketika terbangun, aku membangunkan Fika juga lalu kami berdua mandi bersama karena semalem kami gak sempet mandi. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. aku minta Fika jongkok dan menjilati serta mengulum kon tolku yang sudah tegak berdiri lagi. kon tolku dikulum Fika sambil dikocok pelan-pelan naik turun. “Enak banget Fik, terus diemut Fik”, erangku. Kemudian giliranku, Fika kusuruh berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub. Aku menyerang selangkangan Fika, khususnya it ilnya, dengan lidah sehingga Fika mengerang sambil memegang kepalaku dan menenggelamkannya lebih dalam ke no noknya. aku menjulurkannya lidahnya lebih dalam ke no nok Fika sambil mengorek-korek it ilnya dengan jari manis. Semakin hebat rangsangan yang Fika rasakan sampai akhirnya dia nyampe, dengan derasnya lendirnya keluar tanpa bisa dibendung. aku menjilati dan menelan semua lendirnya. “Om, nikmat banget deh, Fika sampe lemes”, kata Fika. “Ya udah kamu istirahat aja, om mau sediain makanan dulu ya”, kataku sambil keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat. Fika mengikutinya, juga dengan bertelanjang bulat. Kami sarapan sereal yang dicampur dengan susu, sambil minum kopi. Aku menghangatkan kue2 yang kemarin dibelinya di microwave. Sambil bercanda2 kami menyantap semua makanan yang tersedia.

Sehabis makan langsung aku menyiapkan kembali peralatan fotonya untuk sesi foto telanjang. Dalam keadaan telanjang bulat Fika berpose dengan macam2 gaya, dikamar mandi, diranjang, disofa, dimeja makan, di beranda dan terakhir kembali dikolam renang. aku mengekspos kemontokan Fika, toket, pentil, pantat dan jembut Fika. Cukup lama sesi foto berlangsung. Seperti ketika sesi lingeri, tak banyak kesulitan yang dialami Fika. Dia sudah bisa berpose secara alami, berkat arahan dan kenikmatan yang dia peroleh dari aku.

Selesai pemotretan, Fika berbaring didipan. aku menjatuhkan dadaku diantara kedua belah paha Fika. Lalu dengan gemas, kuciumi pusarnya. ” Om, geli!” Fika menggeliat manja. aku tersenyum sambil terus saja menciumi pusar Fika berulang2 hingga dia menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lutut aku merangkak sehingga wajahku terbenam diantara ke2 toket Fika. Aku mengecup pentilnya sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Kuulangi beberapa kali, kemudian aku meremes toket Fika dengan lembut. Remasanku membuat pentil Fika makin mengeras, dengan cepat kukecup pentil Fika dan kukulum2 sambil mengusap punggungnya. “Kamu cantik sekali, Fik. Kamu gak dicariin ortu kamu kan", kataku sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Fika. Fika hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. Fika merangkul leherku, dan mencium bibirku. Lidahnya nyelip masuk mulutku. Kami langsung berpagutan lagi, Fika sangat bernapsu meladeni ciumanku. aku mencium bibirnya, kemudian lidahku kembali menjalar menuju ke toket dan mengulum pentil Fika. Terus menuju keperut dan menjilati pusar Fika hingga Fika menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. “Om enak sekali..” nafasnya terengah2. Lumatan kulanjutkan pada it il Fika, kujilati, kukulum2, sehingga Fika semakin terangsang hebat. Pantatnya terangkat supaya lebih dekat lagi kemulutku. akupun memainkan lidahku ke dalam no nok Fika yang sudah kubuka sedikit dengan jari. Ketika responsnya sudah hampir mencapai puncak, aku menghentikannya. Aku ganti keposisi 69. Aku telentang dan minta Fika telungkup diatas tubuhku tapi kepala ke arah kon tolku. Aku minta Fika untuk kembali menjilati kepala kon tolku lalu mengulum kon tolku keluar masuk mulutnya dari atas. Setelah Fika lancar melakukannya, aku menjilati no nok dan it il Fika lagi dari bawah.

Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka aku berinisiatif untuk menancapkan kon tolku di no nok Fika. Fika kutelentangkan, pahanya kukangkangkan, pantatnya kuganjal dengan bantal. aku kemudian menelungkup diatas Fika. kon tol digesek2kan di no nok Fika yang sudah banyak lendirnya lagi karena it ilnya kujilati barusan. “Ayo om cepat, Fika sudah tidak tahan lagi”, pintanya dengan bernafsu. “Wah kamu sudah napsu ya Fik, om suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga nikmat banget rasanya ketika kon tol om masuk ke no nok kamu”, jawabku. Dengan pelan tapi pasti aku memasukkan kon tolnya ke no nok Fika. Fika melenguh sambil merasakan kon tol besar menerobos no noknya yang masih sempit. aku terus menekan2 kon tolku dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu kutarik pelan-pelan juga dan kumasukkan lagi sampai mendalam, terasa kon tolku nancep dalem sekali. “Om enjot yang cepat dong, Fika udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak om, lebih enak katimbang dijilat om tadi”, lenguhnya. “Om juga mau ngecret, Fik”, jawabku. Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa no nok Fika berkedutan meremes2 kon tolku. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

Sudah satu jam kami beristirahat, lalu aku minta Fika mengemut kon tolku lagi. “Om belum puas Fik, mau lagi, boleh kan?” kataku. “Boleh om, Fika juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi. Om gak ada matinya, baru aja ngecret dah pengen masuk lagi”, jawabnya sambil mulai menjilati kepala kon tolku yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalanya mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kon tolku dimulutnya. aku mengerang kenikmatan, “Enak banget Fik emutanmu. Tadi no nokmu juga ngempot kon tol om ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh, boleh diulang ya Fik kapan2". Fika diam tidak menjawab karena ada kon tol dalam mulutnya. “Fik, om udah mau ngecret nih, om masukkin lagi ya ke no nok kamu”, kataku sambil minta Fika nungging. Sambil nungging Fika bertanya, “Mau dimasukkin di pantat ya om, Fika gak mau ah”. “Ya gak lah Fik, ngapain di pantat, di no nok kamu udah nikmat banget kok”, jawabku. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kon tolku makin membengkak. Aku menekan pinggulku sehingga kepala kon tolku nyelip di bibir no nok Fika. Terasa bibir no nok Fika menjepit kon tolku yang besar itu. Aku menciumi leher Fika, “Oh…om”, lenguh Fika ketika aku menciumi telinganya. Dengan pelan kumasukkan kon tolku ke no nok Fika. Pelan2 kutarik sedikit kon tolku, kemudian kudorong lagi. Hal ini kulakukan beberapa kali sehingga lendir no nok Fika makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kon tolku. Sambil mendesah, aku menekan lagi kon tolku masuk lebih dalam. Aku kembali menarik kon tolku hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar no nok Fika, lalu kudorong kembali pelan2. “Fik, nanti dorong pinggul kamu kebelakang ya”, kataku sambil menarik kembali kon tolku. Aku kembali mencium telinga Fika dan mendorong kon tolku masuk. Pentilnya kuremes dengan jempol dan telunjuk. Fika tersentak karena enjotan kon tolku dan secara reflex dia mendorong pinggulnya ke belakang sehingga kon tolku nancap lebih dalam. kon tol kembali kutarik keluar lagi dan kubenamkan lagi pelan2, begitu kulakukan beberapa kali sehingga seluruh kon tolku sudah nancap di no nok Fika. ”Akh om”, lenguhnya ketika terasa kon tolku sudah masuk semua, terasa no noknya berdenyut meremes2 kon tolku. aku terus menekan2 sampe amblas semua, terasa kon tolku masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantat Fika diganjel bantal. kon tol mulai kukeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar Fika mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatnya. Tangan kiriku menjalar ke toket Fika dan meremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Fika mulai merasakan nikmatnya, “Om, nikmat banget ya dien tot om, lebih nikmat dari dien tot cowok Fika. Terus yang cepet ngenjotnya om, rasanya Fika udah mau nyampe lagi”, erangnya. it ilnya tergesek kon tol ketika aku mengenjotkan kon tolkua masuk. Fika menjadi terengah2 karena nikmatnya. “Fik, no nokmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget Fik ngen tot dengan kamu”. Terasa bibir no nok Fika ikut terbenam setiap kali kon tol dienjot masuk. “Om”, erangnya. Terdengar bunyi “plak” setiap kali aku menghunjamkan kon tolku. Bunyi itu berasal dari beradunya biji pelerku dengan pangkal paha Fika, setiap aku mengenjot kon tolku masuk. “Fik, om udah mau ngecret”, erangku lagi. Aku menghunjamkan kon tolku dalam2 di no nok Fika dan terasalah pejuku nyembur2 di dalam no nok Fika. Bersamaan dengan itu, “Om, Fika nyampe juga om”, Fika mengejang karena ikutan nyampe. "Om, nikmat banget, kapan ngen totin Fika lagi". aku tidak menjawab, lagi ngrasain nikmatnya ngentotin Fika